Menelisik Permasalahan Pada Fase Krisis Dunia Remaja Untuk Menanggulangi Pergaulan Bebas Di Bangku Sekolah
Masa
remaja merupakan salah satu fase krisis sebagai bentuk peralihan dari masa anak
ke masa dewasa. Banyak tantangan baru yang harus dilakukan pada masa remaja,
sehingga dapat memungkinkan terjadi banyak hal yang rawan terjadi pada fase
ini.
Adanya
perubahan fisik yang sangat pesat pada masa remaja juga mengakibatkan mereka
lebih sensitif dengan bentuk tubuhnya. Pertumbuhan fisik ini juga berpengaruh
pada perkembangan psikis dan psikososial pada diri remaja.
Fase
perubahan psikososial terbagi menjadi tiga fase, diantaranya:
Periode
pertama pada remaja awal (early
adolescent) yang terjadi pada usia 12-14 tahun yang dapat ditandai dengan
adanya perubahan fisik yang sangat pesat dan signifikan dengan kondisi
emosional yang masih terlihat sangat labil. Sehingga pada fase ini, remaja
sangat rentan mengalami adanya krisis identitas serta lebih mengedepankan
hubungan peer group untuk
mencari-cari identitas diri yang sesungguhnya.
Periode
kedua middle adolescent yang terjadi
pada usia 15-17 tahun. Remaja mulai beranjak pada pemikiran-pemikiran terkait
masa depan yang berhubungan dengan intelektualitas dan karir. Sehingga pada fase
ini mereka akan lebih cenderung mengalami fase sering sedih (moody) dan juga mengalami fase sedih
karena ingin terlepas dari seluruh kendali orangtua.
Periode
ketiga late adolescent yang terjadi
pada usia 18 tahun, terlihat dengan adanya perubahan yang ditandai dengan
tercapainya maturitas fisik secara sempurna dibandingkan dengan periode
sebelumnya. Pada fase ini remaja sudah mulai memperhatikan masa depannya, lebih
konsisten terhadap minatnya, makin kuatnya identitas diri serta adanya
manajemen emosi yang lebih stabil.
Sehingga,
dari pemaparan tiga fase tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa pengaruh peer group akan berpengaruh cukup besar
terhadap pola pergaulan di dunia remaja. Pada fase-fase tersebut, remaja akan
lebih cenderung mengikuti pola perilaku di sebuah kelompok. Dengan demikian
munculnya perilaku merokok, minum-minuman keras, narkoba, dan melakukan hubungan
seks bebas akan sangat mudah ditiru dan juga diikuti pada fase ini.
Dengan
demikian, adanya kontrol dan juga pengawasan sangat diperlukan pada fase-fase
tersebut guna menghindari segala kemungkinan yang tidak diinginkan. Banyak hal
yang dapat dilakukan dalam hal ini seperti, mengedepankan peran orangtua untuk
mengawasi segala kegiatan anak degan membangun arah komunikasi yang hangat,
efektif, dan humanis.
Selain
itu, pentingnya menanamkan pendidikan karakter yang dapat dimulai dari fase
kanak-kanak juga dapat dilakukan untuk mengoptimalkan pertanggungjawaban nilai-nilai
yang sesuai dengan norma agama dan juga norma masyarakat.
Adanya
pengawasan dari pihak guru di bangku sekolah juga mempunyai porsi yang tak
kalah penting. Dimana guru diharakan dapat mengayomi serta membimbing seluruh
siswa untuk menciptakan lingkar pergaulan yang sesuai dan tidak menyimpang.
Membuat
berbagai kegiatan di sekolah juga dapat dilakukan seperti mengarahkan siswa
kepada berbagai kegiatan positif mulai dari kegiatan akademik maupun non
akademik. Selain itu, memberikan penyuluhan atau sosialisasi tentang “Sex education” terkait bahayanya
pergaulan di dunia remaja yang dapat menambah pengetahuan dan juga wawasan
untuk menghindari perilaku yang demikian juga dapat diterapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Pediatri,
Sari. 2010. “Adolescent Development (Perkembangan Remaja)”. Jurnal Fakultas Kedokteran UI, Vol. 12,
No. 1, Halaman: 21— 29.