Sabtu, 30 Januari 2016

Laporan praktikum KOLOID | Ardiantikusumawati

pasang iklan

TUGAS PRAKTIKUM KIMIA
KOLOID


Disusun oleh:
Ardianti Kusumawati
Ardika Gustomi
Merlin Erisza
Ni Nyoman Ervalna
Prasnadya Avivah Hertanti
Tressya Lonica Yemeima Dara


     SMA NEGERI 1 KOTA GAJAH
LAMPUNG TENGAH
T.P. 2015/2016

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KOLOID

BAB I PENDAHULUAN

A.    TOPIK DAN TUJUAN  PERCOBAAN

I.          Topik             
Ø  Mengenal sistem koloid
Ø  Mengamati efek tyndall
Ø  Mengamati adsorpsi dan koagulasi pada koloid
Ø  Memperagakan pembuatan koloid

  II.          Tujuan     
   
1.      Pratikum 1 (Mengenal sistem koloid)
Ø Mengenal macam-macam dispersi koloid.
Ø Mengenal larutan sejati, suspensi kasar, dan koloid.
Ø Mengenal koloid dan contohnya.

2.      Pratikum 2 Mengamati efek tyndall
Ø Mempelajari sifat koloid, yaitu efek tyndall.

3.       Pratikium 3 Mengamati adsorpsi dan koagulasi pada koloid
Ø Mempelajari sifat koloid.

4.       Pratikum 4 Memperagakan pembuatan koloid
Ø  Membedakan serta memahami pembuatan koloid secara dispersi dan kondensasi.

B.     DASAR TEORI

2.1. SISTEM KOLOID

Koloid atau dispersi koloid (sistem koloid) adalah sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar dari laritan tapi lebih kecil dari suspensi, dengan ukuran partikel antara 1nm-100nm sehingga tidak bisa diamati dengan mata telanjang tetapi dapat diamati dengan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi.


2.2       SUSPENSI, LARUTAN, DAN KOLOID

1. Suspensi, merupakan sistem dispersi dengan partikel  yang berukuran relatif besar tersebar merta di dalam medium pendispersinya. Pada umumnya sistem dispersi merupakan campuran yang heterogen.
2. Larutan, merupakan system dispersi yang ukuran partikel-pertikelnya sangat kecil, sehingga tidak dapat dibedakan (diamati) antara partikel pendispersi dengan partikel terdispersi walaupun menggunkaan mikroskop ultra.
3. Koloid. Koloid berasal dari kata “kolia” yang dalam bahsa Yunani berarti “lem”. Istilah koloid pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Graham (1861) berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin yang merupakan kristal tetapi sukar mengalami difusi. Padahal umumnya kristal mudah mengalami difusi. Oleh karen itu, zat semacam gelatin ini keudian disebut koloid. Koloid atau disebut juga dispersi koloid atau sistem koloid sebenarnya merupakan sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar dari larutan tetapi lebih kecil dari suspensi. 

Larutan
(Dispersi Molekuler)

Koloid
(Dispersi Koloid)

Suspensi
(Dispersi Kasar)
H  homegen, tak dapat Dibedakan walaupun     menggunakan   mikroskop ultra.
S  secara mikroskopis bersifat homogen,  tetapi heterogen jika
diamati dengan mikroskop ultra.
Heterogen.
S   semua partikel berdimensi (panjang,  lebar, atau tebal) kurang dari 1nm.
P   partikel berdimensi anatara 1nm sampai 100nm.
S  salah satu atau semua dimensi partikel besar dari 100nm.
S   satu fasa.
D dua fasa.
Dua fasa.
     stabil.
P  pada umunya stabil.
Ti dak stabil.
Ti tidak dapat disaring.
Ti tidak dapat disaring, kecuali dengan penyaringan ultra.
Dapat disaring
Contoh:
Larutan gula, larutan garam, alkohol 70%, larutan cuka, airlaut, udara yang bersih, dan bensin.

Contoh:
Sabun, susu, santan, jeli, selai, mentega, dan mayones.
Contoh:
Air Sungai yang keruh, campuran air dengan pasir, campuran kopi dengan air, dan campuran minyak dengan air


2.3 JENIS-JENIS KOLOID


Sistem koloid terdiri atas 2 fasa, yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi (medium dispersi). Berdasarkan jenis fasa terdispersi dan fasa pendispersinya koloid dapat dibedakan menjadi 8 jenis sebagai berikut:

1.      Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair. Banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti hair spray, obat nyamuk semprot, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol).
2.      Sol
Sistem koloid dari pertikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid jenis sol banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri.

3.      Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan kedalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan emulsi air dalam minyak (A/M).

4.      Buih
Sistem koloid dari gas yang tedispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya dengan emulsi,untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih.

5.      Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel.


2.4 SIFAT-SIFAT KOLOID

1.      Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya,maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati. 
2.      Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak.  Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel- partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan  tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

3.      Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan : Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel).
Sifat adsorbsi digunakan dalam proses:
Ø  Pemutihan gula tebu.
Ø  Norit.
Ø  Penjernihan air.
Contoh:
Ø  koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman penyebab diare.
Ø  Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +. Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol.

4.      Elektroforesis
Elektroforesis adalah suatu proses untuk menghitung berpindahnya ion atau partikel koloid bermuatan dalam medium cair yang dipengaruhi oleh medan listrik. Yaitu, pergerakan partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode. Prinsip kerja elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap hasil industri dengan alat Cottrell.
5.      Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara:


2.5 LARUTAN HOMOGEN DAN HETEROGEN

1.      Larutan homogen, adalah jenis larutan yang antara zat terlarut dan zat pelarut menyatu dan tidak dapat di bedakan, meskipun menggunakan mikroskop ultra

2.      Larutan heterogen, adalah jenis larutan yang antara zat terlarut dan zat pelarut menyatu dan dapat di bedakan, meskipun secara kasat mata.




BAB II METODOLOGI

A.    ALAT DAN BAHAN

1. ALAT

1.      Praktikum 1
Ø  Gelas kimia
Ø    Kertas saring
Ø  Corong
Ø   Spatula kaca
2.       Praktikum 2
Ø  Gelas kimia
Ø   Lampu senter
Ø  Spatula kaca
3.       Praktikum 3
Ø  Mangkok plastik
Ø  Pengaduk
Ø  Panci masak
Ø   Pemanas
4.       Praktikum 4
Ø  Lumpang porselen dan alu
Ø  Gelas kimia 100 Ml
Ø  Tabung reaksi dan rak
Ø   Pembakar spiritus
Ø   Pengaduk kaca
Ø  Kaki tiga dan kasa kawat
Ø  Gelas ukur 100 mL
Ø  Cawan porselen
Ø  Labu erlenmeyer
Ø  Pipet tetes
Ø   Neraca

 
1.      BAHAN

1.      Praktikum 1
Ø  Larutan gula
Ø   Larutan kopi
Ø Larutan deterjen
Ø  Larutan susu
Ø  Larutan Urea
Ø Larutan terigu
2.       Praktikum 2
Ø  Larutan gula
Ø   Larutan kopi
Ø  Larutan deterjen
Ø  Larutan susu
Ø  Larutan Urea
Ø  Larutan terigu
3.       Praktikum3
Ø  Agar-agar
Ø  Air
Ø   Cuka (CH3COOH)
Ø  4.      Susu cair
4.       Praktikum 4
Ø  Gula pasir
Ø   Serbuk belerang
Ø  Agar-agar
Ø   Minyak makan
Ø   Larutan FeCl3 jenuh
Ø  Larutan sabun
Ø    Air suling

B.     LANGKAH KERJA

1.      Praktikum 1
Ø  Masing-masing gelas kimia diisi dengan 15 ml larutan gula, 15 ml susu cair, dan 15 ml larutan kopi bubuk, dan dilakukan hal yang sama pada larutan yang lain.
Ø   Setelah beberapa menit, larutan tersebut di saring dan di tampung filtratnya dalam gelas kimia yang kosong. Perubahan yang terjadi lalu diamati.
2.      Praktikum 2
Ø  Isi gelas kimia masing-masing dengan 100 ml larutan gula, 100 ml susu cair, dan 100 ml larutan kopi bubuk dan lakukan hal yang sama pada larutan yang lain.
Ø   Lalu senterlah larutan gula tersebut. Amati apa yang terlihat melalui lubang pengamatan.
Ø  Ulangi langkah 2 untuk susu cair, susu cair, dan campuran air dan kopi bubuk sebagai pengganti larutan gula.

3.      Praktikum 3
1)      Percobaan A : Penggumpalan Sol Menjadi Gel karena Perubahan Suhu
Ø Campurkan agar-agar dan air dalam panci masak. Aduk hingga mendidih ( sesuai petunjuk pada bungkusnya ).
Ø Tuangkan agar-agar cair yang panas (sol) ke dalam mangkok, dan biarkan dingin pada suhu ruang.
Ø   Amati dan catat perubahan yang terjadi pada sol agar-agar.
2)      Percobaan B : Penggumpalan Koloid karena Perubahan Keasaman (pH)
Ø Tuangkan 250 mL susu cair ke dalam mangkok.
Ø  Tambahkan 1 sendok makan (15 mL) cuka (CH3COOH) ke dalam   mangkok yang berisi susu.
Ø Amati dan catat perubahan yang terjadi pada susu.
4.      Praktikum  4
1)      Percobaan A : Pembuatan Sol dengan Cara Dispersi
a.      Sol belerang dalam air
Ø  Campurkan satu bagian gula dengan satu bagian belerang, dan gerus dengan alu dan lumpang sampai halus.
Ø   Ambil satu bagian campuran dan campurkan dengan satu bagian gula, lalu gerus sampai halus.
Ø   Ulangi langkah nomor 2 sampai empat kali. Ambil 1 bagian campuran keempat, dan tuangkan campuran itu ke dalam gelas kimia yang berisi 50 mL air. Kemudian aduk campuran ini. Amati hasilnya.
b.      Sol agar-agar dalam air
Ø Ambil agar-agar sebanyak 2 spatula kaca dan larutkan ke dalam gelas kimia yang berisi 25 mL air mendidih.
Ø    Dinginkan campuran itu dan perhatikan apa yang terjadi. Cara ini disebut peptisasi.
2)      Percobaan B : Pembuatan Sol dengan Cara Kondensasi
Ø Panaskan 50 mL air dengan gelas kimia 100 mL sampai    mendidih.
Ø Tambahkan FeCl3 jenuh setetes demi setetes sambil diaduk hingga larutan menjadi merah coklat. Amati hasilnya.
3)      Percobaan C : Pembuatan Emulsi
Ø Masukkan 1 mL minyak tanah dan 5 mL air ke dalam suatu tabung reaksi. Guncangkan tabung dengan keras setelah terlabih dahulu disumbat dengan tutup gabus atau karet. Letakkan tabung reaksi di rak.
Ø Masukkan 1 mL minyak tanah, 5 mL air, dan 15 tetes larutan sabun kedalam tabung reaksi lain. Guncangkan tabung dengan kuat dan letakkan di rak. Amati kedua tabung reaksi tersebut.



BAB III HASIL PENGAMATAN

A.    DATA HASIL PERCOBAAN

Ø  Pratikum 1 (Mengenal sistem koloid)


No.
Sampel
Jenis sampel
Setelah disaring
Setelah didiamkan
Filtrat
Residu
1.
Susu
Koloid
Larut, Stabil
Keruh
Tidak ada
2.
Gula
Larutan
Larut, Stabil
Bening
Tidak ada
3.
Kopi
Suspensi                   
Tidak larut, Tidak stabil
Keruh
Ada
4.
Detergen
Koloid
Larut, Tidak stabil
Keruh
Ada
5.
Belerang
Larutan
Mengendap
keruh
Tidak ada
6.
Terigu
Larutan
Mengendap
Bening
Tidak ada









Ø  Pratikum 2 (Mengamati efek tyndall)


Bahan
Tyndall
Tidak Tyndall
Susu
ü   

Gula

ü   
Kopi
ü   

Sabun
ü   

Belerang

ü   
Terigu
ü   





Ø  Pratikium 3 (Mengamati adsorpsi dan koagulasi pada koloid)


Koloid

Penggumpalan/koagulasi
Penyebab
Perubahan yang terjadi
A
Agar-agar (sol)
Perubahan Suhu
Agar-agar menjadi padat sehingga terjadi penggumpalan Sol menjadi gel
B
Susu (emulsi)
Perubahan Keasaman (pH)
Emulsi minyak dalam air terjadi penggumpalan, perubahan warna jadi semakin keruh



Ø  Pratikum 4 (Memperagakan pembuatan koloid)


Percobaan
Kegiatan pembuatan
Hasil
A
a.      Sol belerang (dispersi)
Membentuk campuran yang berwarna putih keruh dan setelah dibiarkan agak lama ada endapan pada bagian bawah campuran
b.      Sol agar-agar (dispersi)
Setelah didinginkan atau dibiarkan sejenak, menjadi padat seperti gel dan warnanya hijau
B
Sol Fe(OH)3 (kondensasi)
Campuran air mendidih dengan FeCl3 menjadi lebuh kental dan Fe(OH)3 warnanyacoklat kemerahan dan Muatan koloid bernilai positif
C
a.      Campuran air dan minyak makan
Air dan minyak makan tidak tercampur, dan keadaannya minyak makan berada diatas
b.      Campuran air, minyak makan, dan sabun (emulsi)
Minyak makan dapat tercampur dengan air



B.     ANALISA DATA


1.      Praktikum 1          
Setelah melakukan percobaan dapat dilihat, ketika mencampurkan susu, kopi, gula,detergen, belerang, dan terigu ke dalam air, keenamnya larut dalam air.
Jika mencampurkan air dengan susu instant dan detergen , ternyata kedua larutan itu larut tetapi larutan itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan campuran susu tidak akan memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaring. Hasil penyaringan tetap keruh. Secara makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan tetapi, secara mikroskopis partikel-partikelnya yang tersebar di dalam air masih dapat dibedakan. Campuran seperti inilah yang dinamakan koloid. Dan jika didiamkan campuran detergen tidak akan memisah dan juga dapat dipisahkan dengan penyaring. Hasil penyaringan tetap keruh. Campuran seperti ini juga yang dinamakan koloid. Pada campuran susu dengan air, fase terdispersinya adalah lemak, sedangkan medium pendispersinya adalah air.
Jika mencampurkan air dengan gula dan belerang, ternyata kedua larutan itu larut dan bening. Jika didiamkan campuran itu tidak akan memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaring. Hasil penyaringan tetap bening. Secara makroskopis campuran ini tampak homogen dan secara mikroskopis partikel-partikelnya tersebar di dalam air tidak dapat dibedakan. Campuran seperti inilah yang dinamakan larutan.
Saat mencampurkan air dengan kopi, kopi tidak larut dalam air. Walaupun campuran ini diaduk, lambat laun kopi akan memisah dan mengendap di dasar gelas. Campuran ini bersifat heterogen dan merupakan sistem dua fase. Campuran ini dapat dipisahkan dengan penyaringan. Campuran seperti ini dinamakan suspensi.


2.      Pratikum 2 :
Pada percobaan tersebut dapat diketahui bahwa pada larutan gula dan larutan belerang, berkas sinar yang berasal dari senter tidak terlihat karena berkas sinar hanya berjalan lurus tanpa penghamburan saat melewati zat tersebut. Oleh karena itu larutan gula dan larutan belerang tergolong larutan sejati.
Sedangkan pada campuran detergen dan susu berkas sinar yang berasal dari senter yang kemudian melewati larutan detergen dan susu akan dihamburkan dan menimbulkan berkas sinar pada layar dan menyebar, berkas cahaya yang melalui larutan ini dapat diamati dari arah samping. Hal ini disebabkan karena partikel-partikelnya mempunyai ukuran partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Oleh karena itu larutan detergen dan susu  tergolong koloid. Sebaliknya, pada larutan sejati, ukuran partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati


3.      Pratikum 3:
Agar-agar termasuk sol. Perubahan yang terjadi setelah dipanaskan yaitu timbul penggumpalan dari sol menjadi gel dan apabila ditinjau dari terdispersinya agar-agar terdispersi dalam air. Susu termasuk dalam elmusi. Perubahan yang terjadi setelah diberi cuka terbentuk gumpalan-gumpalan susu, dan warna menjadi semakin keruh. Hal ini disebut proses Adsorpsi, dimana terjadi peristiwa penyerapan suatu zat sehingga partikel zat tersebut menempel pada bidang penyerapannya.Apabila ditinjau dari terdispersinya susu termasuk emulsi minyak dalam air.


4.      .Pratikum 4  :
Pada percobaan A, Pembuatan sol belerang menggunakan cara dispersi yaitu dengan tenggelam dalam air. Belerang yang telah dihaluskan bersama gula akan membentuk butiran yang ukurannya menyerupai koloid. Kemudian campuran dilarutkan dalam air sehingga menghasilkan koloid jenis sol. Untuk pembuatan agar-agar digunakan cara peptisasi. Cara peptiasi ini menggunakan zat pemeptiasi (pemecah) yaitu air dengan dipanaskan untuk memecah molekul-molekul besar dalam hal ini serbuk agar-agar supaya menjadi molekul-molekul kecil ukuran koloid. Setelah air dan agar-agar sudah menyatu sepenuhnya kemudian didinginkan sejenak. Maka jadilah sol padat yaitu agar-agar.


Pada percobaan B, sol Fe(OH)3 di masukan ke dalam pipa U
FeCl3 + H2O                          Fe(OH)3 + HCl

Ternyata terjadi proses koagulasi penggumpalan muatan koloid. sehingga, partikel sol Fe(OH)3 berkumpul dielektrode negatif bearti koloid bermuatan positif. Jika partikel koloid berkumpul dielektrode positif berarti koloid bermuatan negatif, jika partikel koloid berkumpul dielektrode negatif bearti koloid bermuatan positif. Pada percobaan C, Minyak dan air adalah emulsi (cair bertemu cair namun bersifat antagonis/ tolak – menolak) sehingga tidak bisa larut dalam air. Kedudukan minyak berada di permukaan air, hal ini disebabkan oleh massa jenis minyak yang lebih kecil dari pada massa jenis air. Agar minyak larut dalam air maka ditambahkan emulgator yaitu larutan sabun. Kemudian air dan minyak tersebut dapat bercampur. Sabun disebut sebagai emulgator karena dapat menggabungkan dua buah fese yang tidak bisa bersatu.



BAB IV PENUTUP
A.    KESIMPULAN

1.       Meskipun ketiganya berupa campuran dua zat atau lebih, ternyata dari ketiga campuran dalam percobaan memiliki perbadaan dari segi bentuk, sifat, ukuran, serta fasenya yang dikelompokan ke dalam tiga macam jenis dispersi, yaitu dispersi halus (larutan), dispersi koloid, dan dispersi kasar (suspensi).

Campuran yang berupa larutan yaitu memiliki sifat larut, bening, mengalami satu fase (homogen), stabil, tidak dapat disaring.

Campuran yang berupa suspensi yaitu larutan tersebut memiliki sifat tidak larut meskipun diaduk dan didiamkan, keruh, mengalami dua fase, tidak stabil, larutannya heterogen, dan dapat dipisahkan dengan penyaring.

Campuran yang berupa koloid yaitu memiliki sifat larut dalam air, keruh, mengalami dua fase, tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan, hasil penyaringan tetap keruh. Secara pengelihatan makroskopis, campuran ini tampak homogen, tetapi sebenarnya bersifat heterogen.

2.       Bedasarkan Efek Tyndall
Ø Sistem koloid : bila dikenai seberkas cahaya, maka oleh sistem tersebut akan    dihamburkan.
Ø Larutan sejati : bila di kenai seberkas cahaya, maka oleh larutan tersebut akan di teruskan.

3.       Sol  adalah sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Gel adalah koloid yang wujudnya berada diantara padat dan cair yang dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat. Agar-agar cenderung masuk dalam jenis koloid berupa sol. Emulsi adalah sistem koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya zat cair sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah kedua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan.

4.       Ada beberapa cara dalam membuat koloid, yaitu cara kondensasi dan cara dispersi. Cara kondensasi yaitu dengan menggabungkan partikel-partikel halus menjadi lebih kasar melalui suatu reaksi kimia. Dalam percobaan ini dapat dilakukan dengan cara hidrolisis. Sedangkan cara dispersi yaitu dengan memecah partikel-partikel kasar menjadi partikel yang lebih halus atau partikel koloid.