TUGAS PRAKTIKUM KIMIA
KOLOID
Disusun oleh:
Ardianti Kusumawati
Ardika Gustomi
Merlin Erisza
Ni Nyoman Ervalna
Prasnadya Avivah Hertanti
Tressya Lonica Yemeima Dara
SMA NEGERI 1 KOTA GAJAH
LAMPUNG
TENGAH
T.P.
2015/2016
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KOLOID
BAB I PENDAHULUAN
A. TOPIK DAN TUJUAN PERCOBAAN
I. Topik
Ø Mengenal sistem koloid
Ø Mengamati efek tyndall
Ø Mengamati adsorpsi dan koagulasi
pada koloid
Ø Memperagakan pembuatan koloid
II.
Tujuan
1.
Pratikum 1 (Mengenal sistem koloid)
Ø Mengenal macam-macam dispersi
koloid.
Ø Mengenal larutan sejati, suspensi
kasar, dan koloid.
Ø Mengenal koloid dan contohnya.
2.
Pratikum 2 Mengamati efek tyndall
Ø Mempelajari
sifat koloid, yaitu efek tyndall.
3. Pratikium
3 Mengamati adsorpsi dan koagulasi pada koloid
Ø
Mempelajari sifat koloid.
4. Pratikum
4 Memperagakan pembuatan koloid
Ø
Membedakan serta memahami pembuatan koloid
secara dispersi dan kondensasi.
B. DASAR TEORI
2.1. SISTEM
KOLOID
Koloid atau
dispersi koloid (sistem koloid) adalah sistem dispersi dengan ukuran partikel
yang lebih besar dari laritan tapi lebih kecil dari suspensi, dengan ukuran
partikel antara 1nm-100nm sehingga tidak bisa diamati dengan mata telanjang
tetapi dapat diamati dengan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi.
2.2 SUSPENSI,
LARUTAN, DAN KOLOID
1. Suspensi,
merupakan sistem dispersi dengan partikel yang berukuran relatif besar
tersebar merta di dalam medium pendispersinya. Pada umumnya sistem dispersi merupakan campuran yang heterogen.
2. Larutan, merupakan system dispersi yang
ukuran partikel-pertikelnya sangat kecil, sehingga tidak dapat dibedakan
(diamati) antara partikel pendispersi dengan partikel terdispersi walaupun
menggunkaan mikroskop ultra.
3. Koloid. Koloid berasal dari kata “kolia” yang dalam bahsa Yunani
berarti “lem”. Istilah koloid pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Graham
(1861) berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin yang merupakan kristal tetapi
sukar mengalami difusi. Padahal umumnya kristal mudah mengalami difusi. Oleh
karen itu, zat semacam gelatin ini keudian disebut koloid. Koloid atau disebut
juga dispersi koloid atau sistem koloid sebenarnya merupakan sistem dispersi
dengan ukuran partikel yang lebih besar dari larutan tetapi lebih kecil dari
suspensi.
Larutan
(Dispersi Molekuler)
|
Koloid
(Dispersi Koloid)
|
Suspensi
(Dispersi Kasar)
|
H homegen, tak dapat Dibedakan
walaupun menggunakan mikroskop ultra.
|
S secara mikroskopis bersifat homogen,
tetapi heterogen jika
diamati
dengan mikroskop ultra.
|
Heterogen.
|
S semua partikel berdimensi (panjang,
lebar, atau tebal) kurang dari 1nm.
|
P partikel berdimensi anatara 1nm sampai
100nm.
|
S salah satu atau semua dimensi partikel
besar dari 100nm.
|
S satu fasa.
|
D dua
fasa.
|
Dua fasa.
|
stabil.
|
P pada umunya stabil.
|
Ti dak stabil.
|
Ti tidak
dapat disaring.
|
Ti tidak
dapat disaring, kecuali dengan penyaringan ultra.
|
Dapat disaring
|
Contoh:
Larutan
gula, larutan garam, alkohol 70%, larutan cuka, airlaut, udara yang bersih,
dan bensin.
|
Contoh:
Sabun,
susu, santan, jeli, selai, mentega, dan mayones.
|
Contoh:
Air Sungai
yang keruh, campuran air dengan pasir, campuran kopi dengan air, dan campuran
minyak dengan air
|
2.3 JENIS-JENIS KOLOID
Sistem
koloid terdiri atas 2 fasa, yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi (medium
dispersi). Berdasarkan jenis fasa terdispersi dan fasa pendispersinya koloid
dapat dibedakan menjadi 8 jenis sebagai berikut:
1.
Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang
terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat
padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair,
disebut aerosol cair. Banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti hair
spray, obat nyamuk semprot, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan
aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol).
2.
Sol
Sistem koloid dari pertikel padat yang terdispersi
dalam zat cair disebut sol. Koloid jenis sol banyak kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam industri.
3.
Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat
cair disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah dua jenis zat cair itu
tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan kedalam dua bagian, yaitu
emulsi minyak dalam air (M/A) dan emulsi air dalam minyak (A/M).
4.
Buih
Sistem koloid dari gas yang tedispersi dalam zat cair
disebut buih. Seperti halnya dengan emulsi,untuk menstabilkan buih diperlukan
zat pembuih.
5.
Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair)
disebut gel.
2.4 SIFAT-SIFAT KOLOID
1.
Efek Tyndall
Efek Tyndall
ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel
koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek
tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall(1820-1893), seorang ahli fisika
Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah
efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati
disinari dengan cahaya,maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya,
sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi
karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar
untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya
relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit
diamati.
2.
Gerak Brown
Gerak Brown
ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi
tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah
mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut
akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown.
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat
bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat
seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau
gas, pergerakan partikel- partikel akan menghasilkan tumbukan dengan
partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala
arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi
cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang
menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau
gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown
terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin
lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit
diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka
semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel
medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase
terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu
sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
3.
Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau
ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh
luasnya permukaan partikel. (Catatan : Adsorpsi harus dibedakan dengan
absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel).
Sifat
adsorbsi digunakan dalam proses:
Ø Pemutihan gula tebu.
Ø Norit.
Ø Penjernihan air.
Contoh:
Ø koloid antara obat diare dan cairan
dalam usus yang akan menyerap kuman penyebab diare.
Ø Koloid Fe(OH)3 akan
mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +. Adanya muatan
senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga
partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol.
4.
Elektroforesis
Elektroforesis adalah suatu proses untuk menghitung
berpindahnya ion atau partikel koloid bermuatan dalam medium cair yang
dipengaruhi oleh medan listrik. Yaitu, pergerakan partikel-partikel koloid
dalam medan listrik ke masing-masing elektrode. Prinsip kerja elektroforesis
digunakan untuk membersihkan asap hasil industri dengan alat Cottrell.
5.
Koagulasi
Koagulasi
adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya
koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koloid akan
mengalami koagulasi dengan cara:
2.5 LARUTAN HOMOGEN DAN HETEROGEN
1. Larutan homogen, adalah jenis
larutan yang antara zat terlarut dan zat pelarut menyatu dan tidak dapat di
bedakan, meskipun menggunakan mikroskop ultra
2. Larutan heterogen, adalah jenis
larutan yang antara zat terlarut dan zat pelarut menyatu dan dapat di bedakan,
meskipun secara kasat mata.
BAB II METODOLOGI
A.
ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
1. Praktikum 1
Ø
Gelas kimia
Ø
Kertas saring
Ø
Corong
Ø
Spatula kaca
2.
Praktikum 2
Ø
Gelas kimia
Ø
Lampu
senter
Ø
Spatula kaca
3.
Praktikum 3
Ø
Mangkok plastik
Ø
Pengaduk
Ø
Panci masak
Ø
Pemanas
4.
Praktikum 4
Ø
Lumpang porselen dan alu
Ø
Gelas kimia 100 Ml
Ø
Tabung reaksi dan rak
Ø
Pembakar spiritus
Ø
Pengaduk kaca
Ø
Kaki tiga dan kasa kawat
Ø
Gelas ukur 100 mL
Ø
Cawan porselen
Ø
Labu erlenmeyer
Ø
Pipet tetes
Ø
Neraca
1. BAHAN
1. Praktikum
1
Ø
Larutan
gula
Ø
Larutan
kopi
Ø
Larutan deterjen
Ø
Larutan susu
Ø
Larutan Urea
Ø
Larutan terigu
2.
Praktikum 2
Ø
Larutan gula
Ø
Larutan kopi
Ø
Larutan deterjen
Ø
Larutan susu
Ø
Larutan Urea
Ø
Larutan terigu
3.
Praktikum3
Ø
Agar-agar
Ø
Air
Ø
Cuka (CH3COOH)
Ø
4.
Susu cair
4.
Praktikum 4
Ø
Gula pasir
Ø
Serbuk belerang
Ø
Agar-agar
Ø
Minyak makan
Ø
Larutan FeCl3 jenuh
Ø
Larutan sabun
Ø
Air suling
B.
LANGKAH KERJA
1. Praktikum 1
Ø
Masing-masing gelas kimia diisi dengan 15 ml
larutan gula, 15 ml susu cair, dan 15 ml larutan kopi bubuk, dan dilakukan hal
yang sama pada larutan yang lain.
Ø
Setelah beberapa menit, larutan
tersebut di saring dan di tampung filtratnya dalam gelas kimia yang kosong.
Perubahan yang terjadi lalu diamati.
2.
Praktikum 2
Ø
Isi gelas kimia masing-masing dengan 100 ml
larutan gula, 100 ml susu cair, dan 100 ml larutan kopi bubuk dan lakukan hal
yang sama pada larutan yang lain.
Ø
Lalu senterlah larutan gula tersebut. Amati apa yang terlihat melalui
lubang pengamatan.
Ø
Ulangi langkah 2 untuk susu cair, susu
cair, dan campuran air dan kopi bubuk sebagai pengganti larutan gula.
3.
Praktikum 3
1)
Percobaan A : Penggumpalan Sol Menjadi Gel
karena Perubahan Suhu
Ø
Campurkan agar-agar dan air dalam panci masak.
Aduk hingga mendidih ( sesuai petunjuk pada bungkusnya ).
Ø
Tuangkan agar-agar cair yang panas (sol) ke
dalam mangkok, dan biarkan dingin pada suhu ruang.
Ø
Amati dan catat perubahan yang terjadi pada sol agar-agar.
2)
Percobaan B : Penggumpalan Koloid karena
Perubahan Keasaman (pH)
Ø Tuangkan
250 mL susu cair ke dalam mangkok.
Ø Tambahkan 1 sendok makan (15 mL) cuka
(CH3COOH) ke dalam mangkok
yang berisi susu.
Ø Amati
dan catat perubahan yang terjadi pada susu.
4.
Praktikum
4
1)
Percobaan A : Pembuatan Sol dengan Cara Dispersi
a. Sol belerang dalam air
Ø
Campurkan satu bagian gula dengan satu bagian
belerang, dan gerus dengan alu dan lumpang sampai halus.
Ø
Ambil satu bagian campuran dan
campurkan dengan satu bagian gula, lalu gerus sampai halus.
Ø Ulangi langkah nomor 2
sampai empat kali. Ambil 1 bagian campuran keempat, dan tuangkan campuran itu
ke dalam gelas kimia yang berisi 50 mL air. Kemudian aduk campuran
ini. Amati hasilnya.
b.
Sol agar-agar dalam air
Ø
Ambil agar-agar sebanyak 2 spatula kaca
dan larutkan ke dalam gelas kimia yang berisi 25 mL air mendidih.
Ø
Dinginkan campuran itu dan
perhatikan apa yang terjadi. Cara ini disebut peptisasi.
2)
Percobaan B : Pembuatan Sol dengan Cara Kondensasi
Ø Panaskan 50 mL
air dengan gelas kimia 100 mL sampai mendidih.
Ø Tambahkan
FeCl3 jenuh setetes demi setetes sambil diaduk hingga larutan
menjadi merah coklat. Amati hasilnya.
3) Percobaan C : Pembuatan Emulsi
Ø Masukkan 1 mL minyak tanah dan 5 mL
air ke dalam suatu tabung reaksi. Guncangkan tabung dengan keras setelah
terlabih dahulu disumbat dengan tutup gabus atau karet. Letakkan tabung reaksi
di rak.
Ø Masukkan 1 mL minyak tanah, 5 mL
air, dan 15 tetes larutan sabun kedalam tabung reaksi lain. Guncangkan tabung
dengan kuat dan letakkan di rak. Amati kedua tabung reaksi tersebut.
BAB III HASIL PENGAMATAN
A. DATA HASIL PERCOBAAN
Ø Pratikum
1 (Mengenal sistem koloid)
No.
|
Sampel
|
Jenis sampel
|
Setelah disaring
|
Setelah didiamkan
|
||
Filtrat
|
Residu
|
|||||
1.
|
Susu
|
Koloid
|
Larut, Stabil
|
Keruh
|
Tidak ada
|
|
2.
|
Gula
|
Larutan
|
Larut, Stabil
|
Bening
|
Tidak ada
|
|
3.
|
Kopi
|
Suspensi
|
Tidak larut, Tidak
stabil
|
Keruh
|
Ada
|
|
4.
|
Detergen
|
Koloid
|
Larut, Tidak stabil
|
Keruh
|
Ada
|
|
5.
|
Belerang
|
Larutan
|
Mengendap
|
keruh
|
Tidak ada
|
|
6.
|
Terigu
|
Larutan
|
Mengendap
|
Bening
|
Tidak ada
|
|
Ø Pratikum
2 (Mengamati efek tyndall)
Bahan
|
Tyndall
|
Tidak Tyndall
|
Susu
|
ü
|
|
Gula
|
ü
|
|
Kopi
|
ü
|
|
Sabun
|
ü
|
|
Belerang
|
ü
|
|
Terigu
|
ü
|
Ø Pratikium
3 (Mengamati adsorpsi dan koagulasi pada koloid)
Koloid
|
Penggumpalan/koagulasi
|
||
Penyebab
|
Perubahan yang terjadi
|
||
A
|
Agar-agar (sol)
|
Perubahan Suhu
|
Agar-agar menjadi
padat sehingga terjadi penggumpalan Sol menjadi gel
|
B
|
Susu (emulsi)
|
Perubahan Keasaman
(pH)
|
Emulsi minyak dalam
air terjadi penggumpalan, perubahan warna jadi semakin keruh
|
Ø Pratikum
4 (Memperagakan pembuatan koloid)
Percobaan
|
Kegiatan pembuatan
|
Hasil
|
A
|
a. Sol belerang (dispersi)
|
Membentuk campuran yang
berwarna putih keruh dan setelah dibiarkan agak lama ada endapan pada bagian
bawah campuran
|
b. Sol agar-agar (dispersi)
|
Setelah didinginkan atau
dibiarkan sejenak, menjadi padat seperti gel dan warnanya hijau
|
|
B
|
Sol Fe(OH)3 (kondensasi)
|
Campuran air mendidih dengan FeCl3 menjadi lebuh kental
dan Fe(OH)3 warnanyacoklat kemerahan
dan Muatan koloid bernilai positif
|
C
|
a. Campuran air dan minyak makan
|
Air dan minyak makan
tidak tercampur, dan keadaannya minyak makan berada diatas
|
b. Campuran air, minyak makan, dan sabun (emulsi)
|
Minyak makan dapat
tercampur dengan air
|
B. ANALISA
DATA
1. Praktikum
1
Setelah melakukan
percobaan dapat dilihat, ketika mencampurkan susu, kopi, gula,detergen,
belerang, dan terigu ke dalam air, keenamnya larut dalam air.
Jika mencampurkan air
dengan susu instant dan detergen , ternyata kedua larutan itu larut tetapi
larutan itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan campuran susu tidak
akan memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaring. Hasil
penyaringan tetap keruh. Secara makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan
tetapi, secara mikroskopis partikel-partikelnya yang tersebar di dalam air
masih dapat dibedakan. Campuran seperti inilah yang dinamakan koloid. Dan jika
didiamkan campuran detergen tidak akan memisah dan juga dapat dipisahkan dengan
penyaring. Hasil penyaringan tetap keruh. Campuran seperti ini juga yang
dinamakan koloid. Pada campuran susu dengan air, fase terdispersinya adalah
lemak, sedangkan medium pendispersinya adalah air.
Jika mencampurkan air
dengan gula dan belerang, ternyata kedua larutan itu larut dan bening. Jika
didiamkan campuran itu tidak akan memisah dan juga tidak dapat dipisahkan
dengan penyaring. Hasil penyaringan tetap bening. Secara makroskopis campuran
ini tampak homogen dan secara mikroskopis partikel-partikelnya tersebar di
dalam air tidak dapat dibedakan. Campuran seperti inilah yang dinamakan
larutan.
Saat mencampurkan air
dengan kopi, kopi tidak larut dalam air. Walaupun campuran ini diaduk, lambat
laun kopi akan memisah dan mengendap di dasar gelas. Campuran ini bersifat
heterogen dan merupakan sistem dua fase. Campuran ini dapat dipisahkan dengan
penyaringan. Campuran seperti ini dinamakan suspensi.
2. Pratikum
2 :
Pada percobaan tersebut
dapat diketahui bahwa pada larutan gula dan larutan belerang, berkas sinar
yang berasal dari senter tidak terlihat karena berkas sinar hanya berjalan
lurus tanpa penghamburan saat melewati zat tersebut. Oleh karena itu larutan
gula dan larutan belerang tergolong larutan sejati.
Sedangkan
pada campuran detergen dan susu berkas sinar yang berasal dari senter yang
kemudian melewati larutan detergen dan susu akan dihamburkan dan menimbulkan
berkas sinar pada layar dan menyebar, berkas cahaya yang melalui larutan ini
dapat diamati dari arah samping. Hal ini disebabkan karena partikel-partikelnya
mempunyai ukuran partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan
sinar tersebut. Oleh karena itu larutan detergen dan susu tergolong
koloid. Sebaliknya, pada larutan sejati, ukuran partikel-partikelnya relatif
kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati
3. Pratikum
3:
Agar-agar
termasuk sol. Perubahan yang terjadi setelah dipanaskan yaitu timbul
penggumpalan dari sol menjadi gel dan apabila ditinjau dari terdispersinya
agar-agar terdispersi dalam air. Susu termasuk dalam elmusi. Perubahan yang
terjadi setelah diberi cuka terbentuk gumpalan-gumpalan susu, dan warna menjadi
semakin keruh. Hal ini disebut proses Adsorpsi, dimana terjadi peristiwa
penyerapan suatu zat sehingga partikel zat tersebut menempel pada bidang penyerapannya.Apabila
ditinjau dari terdispersinya susu termasuk emulsi minyak dalam air.
4. .Pratikum
4 :
Pada percobaan A,
Pembuatan sol belerang menggunakan cara dispersi yaitu dengan tenggelam dalam
air. Belerang yang telah dihaluskan bersama gula akan membentuk butiran yang
ukurannya menyerupai koloid. Kemudian campuran dilarutkan dalam air sehingga
menghasilkan koloid jenis sol. Untuk pembuatan
agar-agar digunakan cara peptisasi. Cara peptiasi ini menggunakan zat
pemeptiasi (pemecah) yaitu air dengan dipanaskan untuk memecah molekul-molekul
besar dalam hal ini serbuk agar-agar supaya menjadi molekul-molekul kecil
ukuran koloid. Setelah air dan agar-agar sudah menyatu sepenuhnya kemudian
didinginkan sejenak. Maka jadilah sol padat yaitu agar-agar.
Pada percobaan B, sol
Fe(OH)3 di masukan ke dalam pipa U
FeCl3
+
H2O
Fe(OH)3 + HCl
Ternyata terjadi proses
koagulasi penggumpalan muatan koloid. sehingga, partikel sol Fe(OH)3
berkumpul dielektrode negatif bearti koloid bermuatan positif. Jika partikel
koloid berkumpul dielektrode positif berarti koloid bermuatan negatif, jika
partikel koloid berkumpul dielektrode negatif bearti koloid bermuatan positif. Pada percobaan C,
Minyak dan air adalah emulsi (cair bertemu cair namun bersifat antagonis/ tolak
– menolak) sehingga tidak bisa larut dalam air. Kedudukan minyak berada di
permukaan air, hal ini disebabkan oleh massa jenis minyak yang lebih kecil dari
pada massa jenis air. Agar minyak larut dalam
air maka ditambahkan emulgator yaitu larutan sabun. Kemudian air dan minyak
tersebut dapat bercampur. Sabun disebut sebagai emulgator karena dapat
menggabungkan dua buah fese yang tidak bisa bersatu.
BAB IV PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Meskipun ketiganya berupa campuran dua zat
atau lebih, ternyata dari ketiga campuran dalam percobaan memiliki perbadaan
dari segi bentuk, sifat, ukuran, serta fasenya yang dikelompokan ke dalam tiga
macam jenis dispersi, yaitu dispersi halus (larutan), dispersi koloid, dan
dispersi kasar (suspensi).
Campuran yang
berupa larutan yaitu memiliki sifat larut, bening, mengalami satu fase
(homogen), stabil, tidak dapat disaring.
Campuran yang
berupa suspensi yaitu larutan tersebut memiliki sifat tidak larut meskipun
diaduk dan didiamkan, keruh, mengalami dua fase, tidak stabil, larutannya
heterogen, dan dapat dipisahkan dengan penyaring.
Campuran yang
berupa koloid yaitu memiliki sifat larut dalam air, keruh, mengalami dua fase,
tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan, hasil penyaringan tetap keruh.
Secara pengelihatan makroskopis, campuran ini tampak homogen, tetapi sebenarnya
bersifat heterogen.
2.
Bedasarkan Efek Tyndall
Ø
Sistem
koloid : bila dikenai seberkas cahaya, maka oleh sistem tersebut akan dihamburkan.
Ø
Larutan
sejati : bila di kenai seberkas cahaya, maka oleh larutan tersebut akan di
teruskan.
3.
Sol
adalah sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat
cair disebut sol. Gel adalah koloid yang wujudnya berada diantara padat
dan cair yang dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya
mengadsorpsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat.
Agar-agar cenderung masuk dalam jenis koloid berupa sol. Emulsi adalah
sistem koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya zat cair sistem
koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi.
Syarat terjadinya emulsi ini adalah kedua jenis zat cair itu tidak saling
melarutkan.
4.
Ada beberapa cara dalam membuat koloid, yaitu
cara kondensasi dan cara dispersi. Cara kondensasi yaitu dengan menggabungkan
partikel-partikel halus menjadi lebih kasar melalui suatu reaksi kimia. Dalam
percobaan ini dapat dilakukan dengan cara hidrolisis. Sedangkan cara dispersi
yaitu dengan memecah partikel-partikel kasar menjadi partikel yang lebih halus
atau partikel koloid.